Artikel l HukumKriminal.com – Pada masa sanghyang, dimana tanah Jawa, masih berupa lautan luas dan hutan lebat, bumi yang terasa angker dan dihuni oleh bangsa siluman serta makhluk halus, peradaban manusia belum begitu banyak dan masih bisa dihitung dengan jari, seorang pertapa sakti dari tanah Pasundan, bernama Lalijan, putra dari Sanghyang Rowis Rengo Jenggolo, mulai menata kehidupanya ditengah hutan angker Rajagaluh.
Beliau saban hari selalu bertapa dari satu hutan ke tempat wingit lainnya hingga bangsa Jin, Lelembut dan siluman, mulai menyambanginya menjadi kawan sahaya. Sebagai seorang pertapa sakti, Lalijan, mulai dilirik oleh sebagain bangsa siluman untuk dijadikan ketua mereka, namun dari pihak lain, seperti dari bangsa Jan dan lelembut yang merasa lebih tua darinya tidak menerimakan dengan kehadirannya. Disini perang tanding dan adu kesaktian-pun terjadi hingga berakhir dimenangkan oleh Lalijan.
Sejak kemengannya semua bangsa Siluman, lelembut dan Jin, tunduk kepadanya sampai akhirnya Lalijan menikah dengan seorang putri dari Campa, dan memiliki 3 putra diantaranya Arya Bengah, Ciung Wanara dan Nyai Ratu Maharaja Sakti.
Kisah keturunan Lalijan, mulai berkembang pesat dibeberapa daerah dan mereka hampir rata rata memiliki kesaktian ilmu tiada tanding. Tiada satupun dari bangsa Siluman, lelembut maupun Jan, yang berani menantangnya, bahkan hampir dari mereka mulai menjadi pengikutnya.
Dari perjalanan inilah kerajaan Jawa, mulai dibangun, dimulai dari Majapahit, lewat keturunan Arya Bengah, yang menurunkan putra Brawijaya Anom, Brawijaya Kapulangir, Brawijaya Mangku Zaman, Brawijaya Kakarsih, Brawijaya Susuhunan Agung, Brawijaya Kerta Datu, Brawijaya Sri Madengda.
Sedangkan Kerajaan Galuh Dwipa, mulai berdiri dari kekuasaan Ciung Wanara, yang menurunkan para putra, diantaranya Prabu Lingga Meong, Prabu Lingga Wesi, Prabu Lingga Wastu, Prabu Susuk Tunggal, Prabu Munding Kawati dan Prabu Siliwangi Padjajaran.
Seiring waktu berjalan, tanah Jawa, lambat laun mulai dipadati bangsa manusia, baik dari keluarga kerajaan maupun pelancong atau penduduk setempat, dan pada masa kejayaan Padjajaran, Prabu SIliwangi, mulai mengembangkan kekuasaannya lewat putra putranya yang berakhir pada masa ke emasan Islam, diantara putra beliau, Guru Gantangan, Srimangana Prabu Walangsungsang, Prabu Sengara Kian Santang dan Nyai Mas Rarasantang.
Ilmu kesaktian yang berawal dari bangsa SIryani, mulai menyatu dengan kehidupan islam di tanah Jawa, ajian dan asma’ lain yang menopang dua bahasa, Arab dan Kejawen, lambat laun menjadi satu keyakinan yang selalu dianut hingga sampai saat ini. Tembang sari, kidungan dan ajian serta amalan, selalu melekat bagi para ahli bathin. Tirakat, puasa lepas, ngebleng, dan menjauhi ketenaran (menyendiri) menjadi bahan pokok bagi seorang Spiritual.
Kisah kesaktian dan kedigjayaan hanya bisa kita temui di tanah Jawa, bukan dinegara lain.
Maka berbanggalah kita menjadi orang jawa. (Yatno)
Sumber : Berbagai Sumber